UPDATE COVID-19 INDONESIA

Makalah Agama Hindu "Atmawidanam"


BAB I
PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang

Kesadaran yang dilakukan oleh umat sedharma secara arif dan bijaksana sesuai dengan aturan; keimanan, kebajikan, acara keagamaan dan aturan etika serta moralitas yang berlaku umum kehadapan Tuhan Yang Maha Esa “Sewaka Dharma” ini sangat dibutuhkan dewasa ini. Karena perkembangan dan kemajuan zaman “era global” telah merubah paradigma seseorang secara cepat. Sangat berbahaya untuk perkembangan moral umat, apabila yang bersangkutan belum mempersiapkan dirinya secara total untuk menghadapi era. Tidak sedikit yang gagal menghadapinya, hal ini dapat dipadukan dengan perilaku nekat, jahat, dan anarkis dari mereka yang semakin berkembang belakangan ini. 
 
Memberikan pujian dan juga penghargaan kepada mereka yang terkontaminasi oleh pengaruh negatif era globalisasi ini sering gagal, karena orang yang kita puji mungkin merasa “rendah” ketika mereka gagal, tidak melakukan seseuai dengan harapan, atau ketika mereka melakukan hal-hal di luar kekuatan mereka. Dalam hal ini, orang yang kita puji cenderung mempertanyakan nilai kualitas diri mereka, oleh karena itu perlu selektif sehingga apa yang dilakukan tepat guna. Bahkan terkadang mereka mungkin mempertanyakan apakah kita akan terus mencintai, mengasihi, menyayangi, bangga, dan sebagainya dengan mereka.

Penting bagi kita untuk memvalidasi dan memuji orang dengan kesadaran Sewaka Dharma sehingga pujian yang dilontarkan atau diucapkan penuh dengan pertimbangan atau wiweka dari olah rasa, olah pikir, olah kata, dan olah laku sehingga Sewaka Dharma itu dapat berkontribusi positif terhadap pembentukan tubuh atau fisik dan rohani masyarakat manusia secara utuh dan menyeluruh. 
 
Bentuk-bentuk penerapan ajaran Nawa Widha Bhakti yang bagaimana penting dilaksanakan sehingga Sewaka Dharma dalam proses perjalanannya dapat membantu membentuk karakter atau kepribadian anak bangsa ini menjadi berkualitas, berkepribadian, mawas diri, berbesar hati, membuka diri, dan berbagi, santun, ramah, arif dan bijaksana.

B. Rumusan masalah
  1. Apa yang di magsud dengan atmavidanem.?
  2. Bagaimana cara mengamalkan atmavidanem dalam kehidupan sehari-hari.?
  3. Kenapa atmavidanem dibutuhkan oleh masyarakat?

C. Tujuan
  1. Agar siswa dapat mengetahui apa yang di magsud dengan Sravanam.
  2. Agar siswa dapat memahami bagaimana cara pengamalan Sravanam dalam kehidupan sehari hari.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Atmanividanam

Atmanividanam berasal dari kata "Sru" artinya mendengar. sedangkan "nam" artinya memuja. Sravanam adalah memuja Brahman dengan jalan mendengar cerita-cerita suci dan mantra-mantra veda. Dalam ajaran kitab bagavangita pura VII .5.23 menyembutkan sembilan jenjis bakti kepada tuhan yang maha esa,disebutkan swami siwananada Sembilan bakti yang patut dilaksanakan yang disebut dengan navavida bhakti yaitu :
  • atmanividanam kirtanam visnah
  • Smaranam pada savanam
  • Arcahanam vandanam dasyam
  • Sakhyam atmanivedanam

Ke Sembilan bhakti di atas di ambil dari filsafat mahabrata. Mahabrata adalah sebuah kisah kepahlawanan abadi. Mahabrata bukan hanya sekedar kisahkepahlawanan akan tetapi juga merupakan kisah jatuh bangunnya kebudayaan dan peradapan india , mahabrata juga merupakan sebuah kisah perseteruan antara yang benar melawan yang tidak benar , mahabrata merupakan kisah cahaya tuhan berhadapan kegelapan. Puncak dari karma yadnya jnana. Segala pengetahuan tidak aka nada gunanya tanpa di laksanakan (karma). Karma harus di lakukan dengan sikap niskama karma. Niskama karma adalah karma yang di lakukan

B. Cara penerapan sarvanam dalam kehidupan sehari-hari.

Arah gerak vertikal dari bakti adalah umat mau dan mampu mendengar. Dalam hal ini masyarakat hendaknya meyakini dan mendengarkan sabda-sabda suci dari Tuhan baik yang tersurat maupun tersirat dalam kitab suci atau aturanaturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan upacara. Tetapi fenomena arah gerak vertikal dari bakti untuk mendengar, yang kita jumpai di tengah-tengah kehidupan dan lingkungan keluarga serta masyarakat tidak sedikit diantara mereka yang tidak mau mendengarkan sabda-sabda suci atau aturan-aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan upacara keberagamaan.

Kenyataan ini diperkuat oleh fakta lapangan, seperti; apabila ada orang yang mewartakan tentang ajaran kebajikan, kebenaran, kesucian, dan lain-lain tentang sabda suci Tuhan justru yang terjadi adalah ketidak pedulian, pelecehan, tanggapan yang muncul menunjukan ketidaktertarikan dengan pewartaan itu. Contoh kecil saja; di sebagian banyak orang tidak mau mendengar atau bahkan mengantuk apabila ada ceramah-ceramah agama baik itu di tempat-tempat suci atau pewartaan melalui media cetak dan eletronik yang lain. 
 
Tetapi kalau ada pewartaan/tayangan sinetron tentang gosip, fitnah, kekerasan, diskriminasi, dan yang lainnya justru menjadi sebuah konsumsi bagaikan seorang pecandu. Sedangkan arah gerak horizontal, bakti untuk mendengar ini hendaknya masyarakat dalam hidup dan kehidupannya selalu menanamkan rasa bhakti untuk mau belajar mendengarkan nasehat dan menghormati pendapat orang lain serta belajar untuk menyimak atau mendengarkan pewartaan tentang sesamanya dan lingkungannya. 
 
Tetapi fenomena yang sering terjadi tidak sedikit juga masyarakat kita yang tidak peduli dan tidak belajar serta menghormati nasehat dan pendapat orang lain, serta tidak peduli dan tidak mau belajar untuk menyimak berita-berita tentang tragedi kemanusiaan dan kerusakan lingkungan. Padahal dalam hidup ini untuk mewujudkan citacita atau visi-misi hidup hendaknya dimulai dengan adanya kemauan dan kesadaran untuk mendengar.

Pengetahuan, pemahaman dan pendalaman tentang berbagai hal hasil dari mendengar dapat dijadikan konsep dasar untuk menata hidup dan kehidupan di dunia ini yang kemudian ditindaklanjuti dengan berupaya untuk berbuat atau mencari solusi yang terbaik dalam mengambil sebuah tindakan akan kemanusiaan/sesama dan lingkungan. Contoh; di lingkungan keluarga antara anggota keluarga semestinya selalu menanamkan sifat dan rasa bhakti untuk selalu saling mendengar baik antara saudaranya, suami dan istri, antara orang tua dan anak. Mereka hendaknya selalu membangun komunikasi aktif sehingga dapat mengurangi terjadinya miskomunikasi diantara anggota keluarga.

Sifat dan sikap ini akan dapat menumbuhkan karakter ke-Tuhan-an di lingkungan keluarga itu, seperti; sifat, sikap dan karakter saling hormatmenghormati, sujud, cinta kasih sayang, pengabdian, pelayanan, berfikir yang baik dan suci, berkata yang baik dan suci, berbuat yang baik dan suci serta teguh dalam melaksanakan disiplin spiritual. Sifat dan sikap individu seperti itu akan dapat dijadikan sebagai modal sosial untuk menciptakan kesalehan dan keharmonisan sosial antara keluarga, antar sesama anggota masyarakat. 
 
Sifat, sikap dan karakter individu yang selalu belajar untuk membuka diri mendengar nasihat, pendapat orang lain atau apa yang diwacanakan orang lain adalah sebuah sifat, sikap dan karakter inklusif yaitu sebuah sifat, sikap dan karakter membuka diri secara tulus ikhlas untuk mau mendengarkan kebenaran dari orang lain, karena dalam diri ada kebenaran tetapi diluar diri juga masih banyak kebenaran yang belum diketahui.

Untuk itu pesan yang ingin disampaikan melalui bhakti dengan jalan mendengar ini adalah dalam hidup ini masyarakat kita agar selalu berupaya membudayakan untuk mendengar, baik mendengar secara vertikal antara manusia dengan Tuhan-nya melalui sabda-sabda sucinya, maupun secara horizontal antar sesamanya dengan lingkungannya. 
 
Karena baik mendengar ataupun memberi pendengaran atau pewartaan apabila sama-sama dilandasi dengan rasa bhakti maka semua akan mendapat hasil (pahala) yang baik atau paling tidak dapat manfaat. Iklim saling bhakti mendengar ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita yang di awali dengan memulainya dari lingkungan keluarga selanjutnya ditumbuhkembangkan secara harmonis dan dinamis dalam kehidupan sosial masyarakat di lingkungan masyarakat sosial yang lebih luas.

Atmanvidanam dalam bagian Nawa Wida Bhakti yang pertama ini kalau kita kaji artinya adalah “mendengar”. Dimana maksudnya disini adalah mendengarkan ajaran atau cerita suci kerohanian. Kitab suci veda menjelaskan sebagai berikut;

“Adhyeûyate ca ya imaýdharmyaý saývàdam àvayoá,jñana-yajñena tenàhamiûþah syàm iti me matiá”

Terjemahan:
Dan, yang akan mempelajari percakapan suci kami berdua, oleh dialah Aku di
puja dengan yajna pengetahuan, itulah keyakinan-Ku’ Bhagawagita XVIII.70).

Selanjutnya Bhagawadgita XVIII.71 menjelaskan bahwa; mereka yang mempelajari percakapan suci kami berdua, walaupun hanya sekedar mendengar, ia mencapai dunia kebahagiaan. Demikian dinyatakan bahwa jika umat manusia mengaplikasikan srawanam pada kehidupannya saat ini dengan disadari maupun tak disadari mereka akan mencapai dunia kebahagian lahir batin. Kebahagiaan disini artinya dengan hanya mendengarkan tentang cerita dan ajaran suci tentang Tuhan kita akan memperoleh perasaan yang berbeda, entah itu tenang, lega maupun perasaan indah lainnya. Itulah yang dimaksud dengan kebahagiaan melalui “Srawanam.” Contoh penerapannya yang umum sudah ada yang dapat dilihat adalah seperti misalnya, Dharmawacana Keagamaan, Kelas-kelas di asram-asram setelah persembahyangan dan yang lainnya.

C . Kenapa atmavidanem dibutuhkan oleh masyarakat hindu

Karena atmavidanem adalah pedoman bagi umat hindu, karena atmavidanem mengajarkan masyarakat hindu untuk berbakti, sujud hormat kepada kaki padma. Sehingga masyarakat manusia untuk selalu belajar dan menumbuhkan kesadaran untuk menghormati pahlawan dan pendahulunya, pemerintah dan peraturan perundang-undang yang telah dijadikan dan disepakati sebagai hukum para orang tua dan yang tidak kalah penting juga hormat atau sujut kepada ibu pertiwi .

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan ajaran “nawa widha bhakti “srawanam” seseorang mencapai moksa. Jnanam, Karma, dan Bhakti, dalam mewujudkan ajaran Hindu adalah merupakan satu kesatuan yang utuh dan sulit untuk dipisahkan karena merupakan satuan integral satu dengan yang lainnya. Svami Satya Narayana mengatakan : Ketiga jalan tersebut bak gula batu, bentuk, berat, dan penampilan gula tersebut sangatlah berbeda, namun mereka mempunyai kesatuan yang utuh dan sulit untuk dibeda-bedakan. 
 
Kalau Jnanam itu tidak diwujudkan dalam bentuk Bhakti, maka hanya tinggal di dalam hati saja, Karma tanpa dilandasi dengan Jnanam maka karma akan ngawur tanpa arah, Jnanam dan karma tanpa bakti, akan bisa menimbulkan arogansi dan gersang, Bhakti tanpa Jnanam dan karma juga akan nyaplir (tidak menentu). Karena itu Bhakti kepada Tuhan merupakan ujung dari Jnanam dan karma.

B. Saran


Di harapkan setelah siswa membaca makalah ini siswa dapat memahami lebih jelas apa yang di magsud dengan sravanam dan dapat menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari, dan Jika ada kesalahan dalam makalah ini mohon kritik dan saranya agar kedepanya saya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Belum ada Komentar untuk "Makalah Agama Hindu "Atmawidanam""

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel